Monolog

Seperti Kunang- Kunang

Karya: Zahra Rachmania (35)

Dari kelas XI MIA 5

Seperti kunang- kunang malam raga saya masa itu, setitik terang pernah hiasi kegelapan malam Sangat menyisakan memori indah saat begitu meriah mempertontonkan kerlipan cahaya. Sama halnya dulu ketika seseorang hadir menjadi bagian dari perjalanan kisah hidup. Sampai tiba waktu ungkapkan keterkejutan dan kesedihan yang tinggalkan istimewanya rasa bahagia bersama.

“Malam ini hanya ditemani sepi, benar adanya kalau sepi memang menyakitkan. Setelah sekian lama saya mendapati rasa kehilangan. Tiba- tiba saja teringat kamu pernah singgah membicarakan banyak hal hingga pagi datang.”

“Hari yang berlari memisahkan berdua bangkitkan rasa rindu. Kala itu saya selalu menunggu kamu di depan rumah untuk datang membawa kenangan dalam heningnya malam ditemani kunang-kunang.”

“Bayangkan betapa antusiasnya saya tiap kali kamu janji datang. Suasana bahagia yang pecah di setiap detik dan detak jantung yang terus berdebar kencang.”

“Namun musim itu telah usai, wajah muram dan tangis saya terpancar melihat kamu perlahan melangkah pergi sejauh mimpi buruk yang membawa kedalam lembah kehancuran.”

“Kini saya berhasil bangkit, saya sudah cukup kuat untuk sendiri. Walau badai rindu kerap menerpa tapi saya mampu menjahit luka lama dengan ikhlas dalam doa penuh kasih sayang.”

“Saya begitu paham makna kunang- kunang sebenarnya. Cahaya pernah kamu berikan untuk menjadi pelita yang menerangi saya. Lalu redup yang menjadikan semua hal adalah pelajaran berharga. Meski akhirnya sinar padam setidaknya kamu pernah jadi setitik cahaya hidup saya.”

“Pergilah kemana kamu merasa nyaman. Sekeras apapun saya pernah menghalangimu pergi nyatanya tidak bisa. Hanya kekuatan doa yang dapat dipercaya membuatmu kembali, Pulanglah! Jika kamu lelah tidak usah canggung mari ukir senyum lagi bersama.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Fiksi: Novel Asya Story

Proposal Penelitian: Kekerasan Seksual

Resensi Buku Fiksi: Rumah di Perkebunan Karet