Resensi Buku Fiksi: Rumah Teteh

Meresensi Buku Fiksi

"Rumah Teteh"

Identitas Novel

Judul Buku: Rumah Teteh

Penulis: @BriiStory

Penerbit: Pastel Books

Tahun Terbit: Juli 2019

Jumlah Halaman: 232 Halaman


Sinopsis Novel

Novel bergenre horor ini mengisahkan tentang Brii namanya seorang mahasiswa tingkat akhir kelahiran kota Cilegon. Ia diterima sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung. Pada awalnya ia berjuang keras beradaptasi. Di Bandung ia dititipkan pada saudara dari pihak ibu yang kebetulan memiliki indekos. Hingga akhirnya merasa sefrekuensi oleh Irwan, Asep, Nando dan Doni. Lalu mereka memutuskan untuk tinggal di tempat yang sama. Di dalam sebuah rumah besar yang terdiri dari beberapa kamar. Pada akhirnya Brii penasaran dengan informasi yang diberikan oleh temannya lalu memutuskan untuk menemui sang pemilik rumah. Saat di ajak berkeliling satu temannya mengikuti ibu pemilik rumah, namun Brii memilih melihat sendiri. Tak sengaja ia bertemu seorang wanita, dia mengira itu anak dari si ibu, tapi ternyata anaknya belum datang ke Bandung dan masih di Sumatra, dan si ibu hanya sendiri menyempatkan waktu bertemu Brii dan kawannya. Ada sebuah kejanggalan karena perempuan tadi naik ke lantai atas, tak berselang berapa lama ia sudah ada di taman belakang. Sontak Brii kaget mengapa begitu cepat sosok perempuan itu berpindah, Brii tetap berpikir positif bahwa ada jalan pintas menuju kesitu. Sampai waktunya mereka memindahkan barang-barang ke rumah itu. Semua sudah dapat kamarnya masing-masing. Brii sendiri dapat kamar paling depan dengan ukuran terluas dari kamar lain. Sedangkan di sebelah kamar Brii ada satu kamar kosong, selepas maghrib ia tertidur hingga larut malam, ia terbangun karena udara yang begitu dingin dan haus.  Brii mendengar suara dan ia mengira itu suara kedua anak pemilik rumah yang masih terjaga, kebetulan tinggal bersama dilantai dua. Lantas Brii memutuskan melanjutkan tidur hingga pagi. Ketika pagi datang ia terbangun karena usikan pagar yang ternyata Doni dan Nando juga kedua anak pemilik rumah datang karena mereka tidak dirumah sehabis maghrib, dan kedua temannya datang hari minggu. Dari kejadian itu, Brii mengobrol dengan kawannya yang pernah tinggal di kamar kosong sebelah kamarnya. Namanya Indra, ia tidak kuat tinggal disitu karena terus mendapatkan hal aneh. Bukan hanya dia, tapi sudah banyak yang juga tidak betah tinggal di kamar itu. Yang pada kenyataannya ada si Teteh penghuni rumah yang jarang terlihat, ia hidup berdampingan dengan penghuni rumah lainnya. Sebuah kenyataan aneh didengarnya lagi dari seorang temen yang tinggal di kampung halaman, ia berkunjung ke rumah itu dan mendapati kejadian aneh. Deddy diarahkan "Teteh" untuk datang kerumah lalu dibukakan pintu, ia pikir itu pembantu. Teteh kerap hadir diantara Brii dan teman-temannya, tapi tidak dihadapan Memi dan Sisi. Sudah hampir satu tahun mereka tinggal dan mulai terbiasa dengan bermacam keanehan Rumah Teteh yang diluar nalar. Tiba- tiba muncul ide untuk berkomunikasi dengan Teteh menggunakan papan ouija, namun teteh marah. Dugaan Brii dan kawan ternyata salah, Memi dan Sisi sudah tahu terlebih dulu dan meminta Teteh untuk tidak menganggu yang lain. Teteh seringkali berada di depan lorong kamar keduanya dan duduk di kursi kayu depan tangga. Untuk entah kesekian kalinya, teteh mengganggu Rai Pati, sahabat Brii yang berkuliah di Bogor. Kala itu waktunya libur panjang masa perkuliahan. Sebelum meninggalkan Bandung Rai minta ditemani membeli oleh-oleh. Tiba- tiba ada buku kecil tampak kusam dalam tasnya, dan ia tidak tahu itu milik siapa. Buku itu akhirnya diserahkan kepada Brii, setelah di amati tiap halaman ternyata buku itu tak lain buku harian teteh semasa hidupnya. Catatan itu yang bisa menjawab semua misteri para penghuni rumah mengenai kisah hidup teteh. Ternyata teteh menikah tanpa restu orangtua, yang tak lama meninggalkan untuk selamanya. Hingga belum dikaruniai anak di tahun ke empat pernikahan, suami teteh bekerja ditempat baru karena kerjaan yang dulu bangkrut. Disanalah terjadi perselingkuhan, teteh tidak kuat menahan rasa sakit, teteh menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan kejamnya dunia.

Kelebihan

Novel ini berdasarkan kisah nyata sang penulis yang begitu menarik dan menegangkan, tiap kejadiannya sungguh tak tertebak dan membuat orang penasaran. Dengan bahasa baku yang begitu sopan. Rapih dan tidak berbelit-belit.

Kekurangan

Menurut saya, terkadang bahasanya terlalu berat untuk dipahami dan diingat, dan masih terdapat satu atau dua kata penulisan yang salah.

Rekomendasi

Novel ini dapat dibaca oleh semua kalangan yang cinta dengan kisah horor karena suasananya akan membuat kita seperti merasakan adanya kehadiran sosok "Teteh" disekitar.

Nama: Zahra Rachmania(35)
Kelas: XI MIA 5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Fiksi: Novel Asya Story

Proposal Penelitian: Kekerasan Seksual

Resensi Buku Fiksi: Rumah di Perkebunan Karet